Friday 21 August 2020

Yang Bukan Rumahku Yang Bukan Diriku

Apakah aku salah memasuki rumah?

Bagaimana mungkin aku salah rumah; pintunya kubuka dengan kunci yang kumiliki, satu dari dari beberapa kunci yang bersatu menggantung yang ada di kantong celanaku. Kunci rumah ini kusatukan dengan kunci mobil, kunci laci meja kantor, kunci kotak mainan masa kecil yang tak pernah lupa kubawa-bawa ketika aku berpindah kamar kos maupun kontrakan hingga memiliki rumah yang kumasuki sekarang.

Ah, jangan-jangan aku mulai pikun. Aku salah memasuki halaman rumah orang yang kebetulan penghuninya tidak di rumah. Kemudian aku memasukkan kunci rumahku ke lubang kunci rumah di pintu dan ternyata cocok.

Apa mungkin pengembang perumahan ini melakukan kesalahan seperti itu. Memasang slot beserta kunci yang sama pada rumah yang berbeda. Kalau bentuk slot dan anak kunci bisa saja sama karena biasanya perumahan memang tipikal. Bentuk, tata ruang, dan luasnya sama semua. Sudah kulihat sendiri dari brosur perumahan maupun melihat langsung ketika dulu mensurvei sebelum akhirnya aku memilih rumah bernomor dua puluh dua yang sudah kutempati selama tiga tahun belakangan.

Tidak kucium bau tubuhku dari setiap iota udara yang kuhirup di dalam rumah ini.

Lantas aku berbalik keluar dari pintu. Aku mengecek tempat rahasia kunci cadangan yang kusimpan. Maaf, tak kuceritakan dimana letak kunci cadangan rumahku pada ceritaku ini bukan karena aku takut kunci itu ditemukan terus orang bisa membuka pintu rumah tanpa sepengetahuanku. Aku hanya ingin mempertahankan apa yang rahasia biar tetap rahasia. Bukankah setiap orang juga begitu? Memiliki rahasia yang tidak satu orangpun mengetahui atau diberitahu. Kunci cadanganku ada di tempatnya dan aku mengambilnya. Aku terpaku. Bayangan tubuhku menemaniku di sebelah kiri, terbaring di atas rumput jepang pekarangan rumah. Aku menatap tempat rahasia itu. Apa mungkin ada orang di perumahan ini memiliki tempat rahasia menyimpan kunci cadangan rumahnya yang letak dan tandanya sama dengan aku?

Kutarik handle pintu rumah yang terbuka setengah. Kututup daunnya lalu kumasukan anak kunci ke dalam lubang kunci. Aku memutar anak kunci berulang, mengunci-membuka dan ternyata cocok.

Kuarahkan pandanganku ke nomor rumah yang berada di dekat meteran token listrik, dua puluh dua. Benar ini rumahku! Buru-buru aku masuk ke rumah, kututup pintu. Tempat yang kutuju pertama kali adalah kamar tidurku. Tak kupedulikan lagi interior kamar untuk memastikan ini kamarku karena selera desain sangat mungkin terjadi kesamaan dengan orang lain. Kita mungkin saja memiliki kesamaan tentang memilih model dan merek lampu meja kamar, model dan penempatan lukisan, warna cat dinding, warna dan model meja kursi, merek televisi, lemari pakaian dan lain-lain. Semua tentang selera memungkinkan sama. Aku makin penasaran karena di kamarku ini juga tak kucium bau tubuhku.

Kubuka lemari pakaianku. Kuendus-endus pakaianku di dalam lemari. Kuendus-endus baju yang sekarang kupakai. Aku tetap tak menemukan diriku dalam pakaian-pakaian di lemariku begitu juga pada baju yang kupakai.

Aku terduduk lesu dengan punggung tersandar pada springbed di depan kaca lemari pakaianku. Kutatap wajahku di kaca. Ini bukan rumahku.

Aku bukan diriku.

 

21 Agustus 2020

No comments: