Tuesday 19 July 2016

Fiksi Mini Tengah Malam : Sepenggal Dialog

"Seberapa sering kita mengukur orang lain dari merek jamnya, seberapa tinggi rok yang dipakainya, atau berapa tas Hermes yang dia punya; itu bagi perempuan, dan bagi laki-laki kita memandangnya dari berapa roda yang dia kendarai, apa jabatan di kantor tempatnya bekerja, investasi apa yang dia punya, adan ini-itu yang lain."
"Apa itu salah?" Tanyaku.
"Tidak, itu tidak sepenuhnya salah."
"Lantas?" Aku benar-benar tak mengerti tujuan perkataannya. Dia menatapku.
"Mmmm tidakkah kau lihat Tuhan dalam dirimu juga dalam diriku?"
Dia memegang tanganku sedang perasaanku kian geram, "Tak usah berbelit-belit."
"Kita seolah menafikan Tuhan, seolah-olah ukuran yang kita timpakan kepada orang lain lebih besar dari manusianya..."
"Yang kutahu, aku hidup di dunia, bukan di jaman Adam-Hawa. Aku nikmati apa yang ada sebagaimana mestinya, siapa yang mendahului jaman dia yang akan merengguk segalanya. Dan, yang pasti aku bukan malaikat ataupun Yesus!" Kuhempaskan tangannya dari lenganku.
"Satu lagi, setidaknya aku jujur kepada diriku. Tak bersembunyi di balik kata-kata bijak dan tingkah religiusmu! Persetan dengan ukuran-ukuranmu! Angkat gelasmu dan nikmatilah karena surga atau neraka bukan urusan kita!"  Aku meninggalkannya namun kata-katanya terus memburuku.

No comments: