Tuesday 27 September 2016

Nocturnal

Nocturnal

Kenocturnalan ini kambuh. Sudah berhari-hari aku tak bisa lagi menikmati indahnya gerak perlahan pagi hari. Tak lagi kunikmati cercah cahaya yang menerabas lobang udara di atas pintu rumah. Tak lagi kudengar suara deru kendaraan orang-orang yang bergegas menuju tujuannya masing-masing.

Kenocturnalan yang berhari-hari mendatangkan rasa tidak nyaman di tenggorokanku. Seperti flu hendak menghampiriku. Tak enak buat menelan maupun merasa makanan. Tubuhku mulai memberi isyarat, ada yang tidak beres akibat kenocturnalan. Aku mulai merasakan tubuhku mengalami kelelahan. Keringat yang keluar dari pori-pori tubuhku terasa dingin. Tengkukku dingin. Punggunggku dingin. Dadaku dingin. Perutku dingin. Ah, masuk angin, batinku.

Kenocturnalan telah membawa demam bagi tubuhku. Keringat dingin di sekujur tubuh dan kepala pening datang jua setelah kondisi tubuh yang menurun diterpa hujan angin kemarin malam. Dan, benar saja, tenggorokan yang terasa tidak nyaman itu menjadi longgar setelah flu menderaku. Ingus mulai menghambat pernafasanku. Aku mencoba membantu tubuhku yang demam dan flu dengan memakan obat. Aku percaya tubuh memiliki antibody dan mampu menyembuhkan dirinya. Tapi, kali ini aku membutuhkan obat dari luar tubuhku karena kenocturnalan telah menguras energi, tentunya mengurangi kemampuan tubuh memproduksi antibody.

Kenocturnalan aku alami kembali karena pikiran-pikiran yang berhenti dikepala dan perasaan-perasaan yang tertahan di dada membuat mataku terjaga. Bahkan, beberapa hari lalu aku sampai tidak tidur, baru tidur hari esoknya, sungguh membuat lemas.

Pikiran-pikiran, kerinduan, dan harapan menjadikanku nocturnal; kemudian aku kehilangan gerak perlahan pagi hari, kesyahduan suara-suara pagi hari; yang menghadirkan demam dan flu. Aku tahu, aku butuh istirahat dari ini semua. Mungkin aku belum mampu menikmati, hanya menjalani.

No comments: