Monday 13 March 2017

Basa-Basi : Dualisme

Basa-Basi
:Dualisme

Basa-basi. Satu dari sekian banyak alat yang dipakai dalam berkomunikasi.

Setiap orang memiliki gaya berkomunikasi sendiri-sendiri. Walaupun orang lain dapat menirukan gaya bicara dan kebiasaan-kebiasan bicara yang dipakai orang lain tetap tidak bisa seotentik orang yang ditirunya. Otentitas seseorang menjadi ciri individu yang tidak dapat ditiru. Mungkin kita bisa meniru suara dan kata-kata yang biasa diucapkan orang lain tapi belum tentu gestur bicara orang yang ditiru mampu kita duplikasi. Atau, mungkin kita mampu meniru suara dan gestur seseorang tapi kita tidak akan sanggup meniru aura yang dibawa oleh kehadiran orang tersebut.

Dari basa-basi paragraf di atas, sebenarnya saya hanya ingin mengatakan tidak ada manusia yang sama.

Namun dalam hal basa-basi berkomunikasi, saya yakin setiap orang pernah menggunakannya sebagai pemanis komunikasi.
Jika kita memiliki sensitifitas yang di atas rata-rata akan mampu merasakan kebasa-basian mitra bicara. Bahkan, ada juga basa-basi yang tidak membutuhkan kadar kepeekaan diri yang tinggi dalam menangkapnya. 

Dalam bahasa politik mungkin basa-basi sepadan dengan kata ‘normatif’. Kita sering menyaksikan pengamat politik atau pemandu acara atau pembaca berita mengatakan bahwa jawaban politikus A sangat normatif. Jika kata normatif tersebut diganti dengan kata basa-basi maka menjadi ‘Jawaban politikus A sangat basa-basi’, kalimat ini akan terasa kasar karena berasa menganggap remeh pokok persoalan.

Di tengah pergaulan sehari-hari contoh kalimat basa-basi misalnya, “Kamu basah ga?” Padahal si penanya sudah tahu kedatangan orang tersebut situasinya hujan.

Pentingkah sebuah basa-basi dalam etika pergaulan? Sebab, dewasa ini basa-basi memiliki arti yang buruk.

Orang berbasa-basi terhadap orang lain biasanya demi meluluskan niat yang ada disebaliknya basa-basi, misalnya seorang marketing berbasa-basi supaya barang yang ditawarkan terjual; seorang anak buah berbasa-basi kepada bosnya agar mendapat nilai positif dari sang bos; seseorang yang memuji masakan orang lain enak padahal sebenarnya masakan tersebut kurang asin.

Ada pula orang yang berbasa-basi hanya agar tidak dibilang sombong. Mungkin juga terjebak situasi, berdua dalam satu lift; agar terlihat seperti manusia berbudi maka dibukalah percakapan.

Akhirnya, penting atau tidak; baik atau buruk penggunaan basa-basi dalam sebuah komunikasi tergantung pada tiap-tiap individu memandang dan mendefinisikannya.

“Yang perlu dibangun dalam diri orang-orang yang tidak suka basa-basi adalah menajamkan intuisi agar mampu merasakan orang yang hanya basa-basi atas keberadaan kita, terlebih mampu dan sanggup mendengar isi batin orang lain sehingga tidak mudah terperdayai oleh desis basa-basi.”




No comments: